Kasihku,
Dengarkanlah aku yang kini di sampingmu,
Aku bukanlah raja,
Aku juga bukanlah penguasa,
Aku juga bukanlah pemilik harta yang melimpah,
Aku hanyalah manusia,
Yang terlahir dari sebuah kesederhanaan
Yang berjubahkan kerendahhatian
Dan bertahtakan kedermawanan dari kedua orang tuaku,
Kasihku,
Madu yang menjadi pemanis hidupku,
Aku memilihmu,
Karena aku yakin,
Tuhanku,
Telah mengenalkanku padaku ketika jiwa diciptakan
Dan Tuhanku,
Telah memilihkanmu padaku ketika ruh kita ditiupkan
Mawarku,
Yang dalam merahmu tersimpan keberanian,
Aku hanya membawa iman dalam cinta ini
Dan aku tidak banyak memberikan harta
Namun, aku yakin Tuhanku tak akan pernah lupa
Bahwa dua rizki akan dipertemukan dalam kebaikan
Anggurku,
Yang tidak memabukkan,
Lilinku,
Yang menjadi penerang dalam gelapnya malam hatiku,
Tak banyak yang bias aku bagi,
Karena aku tahu,
Aku hanyalah manusia yang belajar darimu
Dan engkau pun adalah manusia yang belajar dariku
Belajar memahami satu dengan lainnya
Belajar mengejar bahu satu dengan lainnya
Bahkan, belajar menutupi kekurangan satu dengan lainnya
Cintaku,
Yang membawakan racun dan penawar di kedua tangannya
Tidak ada sebuah kesempurnaan
Kecuali, Ia yang memberikan kesempurnaan itu,
Tak pelak pula,
Kita pun berharap hanya kesempurnaan-Nya yang hadir
Dan membawa layar ini terkembang dalam surga-Nya,
Api dan airku,
Biarkan aku berbisik padamu,
“Gapailah ridho dalam keridhaan-Nya bersamaku”
Yogyakarta, 2 Dzulqa’dah 1436 H
“Muhibbi-Mu yang belajar akan mengenal kesempurnaan ciptaanMu, muhibbi-Mu yang belajar menjadi penyair dalam syair-syair indah yang terlepas dalam renungan tidurnya”